Dalam hasil riset dari agency Hootsuite, dikatakan bahwa ada sebanyak 4,62 miliar orang di dunia hari ini adalah pengguna media sosial. Dan per orangnya telah menghabiskan waktu rata-rata selama 2 jam 27 menit per hari.
Ini merupakan data yang cukup mencengangkan. CEO Tesla Elon Musk bahkan men-tweet bahwa dia ingin membangun platform media sosial berdasarkan algoritma gratis untuk mendukung hal itu.
Dia juga sudah memulai perdebatan apakah Twitter akan mendukung kebebasan berbicara atau tidak. Dia kemudian melanjutkan dan membuat kesepakatan senilai 44 miliar dollar untuk membeli situs microblogging tersebut.
Dengan uang sebesar itu, dan banyak audiens yang memang hobi bermain media sosial, hal ini menimbulkan pertanyaan: seperti apa sebetulnya keadaan media sosial di masa depan?
Apakah platform di masa depan akan sangat berbeda dari masa lalu? Fitur baru apa yang akan keluar nanti? Lebih canggih kah? Atau malah lebih membosankan?
Media Sosial Hari Ini
Dunia hari ini berkembang dengan kecepatan yang eksponensial. Raksasa media sosial terus-menerus saling tumpah tindih dan bersaing untuk menjadi yang teratas. Tiktok misalnya, mereka memperkenalkan video pendek yang mengejutkan dunia. Fitur tersebut menjadi sangat populer sehingga segera diserap oleh platform pesaingnya dalam bentuk Reels oleh Instagram, Youtube Shorts oleh Youtube dan Spotlight oleh Snapchat.
Faktanya, ada begitu banyak klon dari aplikasi video seperti itu di internet. Bahkan jenis konten ini merupakan jenis konten yang sangat menarik dan bagaikan opium untuk semua orang. Sampai-sampai Tiktok sendiri mampu mendapatkan hampir delapan pengguna baru setiap detiknya (seperti yang ditunjukkan oleh data dari “Digital 2022”).
Di sisi lain, Whatsapp telah memperkenalkan Whatsapp Payment. Mereka merambah ke platform sosial yang lebih berfokus pada keuangan. Whatsapp saat ini menjadi platform favorit. Sementara Twitter bereksperimen dengan tombol edit, fitur yang telah banyak dibicarakan dan sangat dinanti oleh pengguna regulernya.
Youtube juga siap untuk membawa perubahan dengan memperkenalkan versi beta. Ini akan mengubah Youtube dari platform video yang gratis dan umum menjadi platform premium (berbayar).
Berkembangnya Perangkat Teknologi
Terlepas dari perkembangan raksasa media sosial barusan, kita juga sudah cukup familiar dengan virtual and augmented reality (AR dan VR) alias metaverse, yang sejauh ini dinilai telah mengganggu ekosistem. Sejak CEO Meta (sebelumnya Facebook) yakni Mark Zuckerberg mengumumkan bahwa raksasa teknologi akan berinvestasi di Metaverse, sekarang semua hal seolah diarahkan menuju ke sana.
Tak cukup sampai disitu, laporan dari International Data Corporation (IDC) menyatakan bahwa pasar dunia untuk headset augmented reality dan virtual reality sudah tumbuh sampai 92,1 persen dari tahun ke tahun pada tahun 2021. Dengan pengirimannya yang mencapai 11,2 juta unit. Sementara laporan lain dari penelitian Counterpoint menemukan bahwa pengiriman headset VR dan AR diperkirakan akan tumbuh sekitar 10 kali lipat menjadi 105 juta unit pada tahun 2025 nanti.
Semua perkembangan ini, tidak lain tidak bukan, semuanya bertujuan untuk menyokong media sosial. Semuanya bersatu-padu untuk menghipnotis setiap pengguna agar semakin nyaman. Mereka harus terus bekerja untuk menciptakan inovasi baru lagi demi bisa menghilangkan kejenuhan.
Menanti Media Sosial di Masa Depan
Karena ekosistem media sosial berkembang di berbagai bidang, prediksi tentang apa yang akan terjadi di masa depan tidaklah semudah yang kita pikirkan. Tapi setidaknya, kita bisa melihat pola perkembangan saat ini dan merampingkan analisanya untuk mendapatkan gambaran.
Salah satunya adalah soal media sosial yang diprediksi akan menyatu dengan metaverse. Marian Salzman, futuris dan wakil presiden senior komunikasi di Philip Morris International, memperkirakan bahwa perpaduan antara atmosfer sosial saat ini dan realitas virtual akan menjadi kendaraan di masa depan.
Dia berkata, “Masa lalu memiliki kebiasaan berulang. Pada tahun 2000-an, saya memperkirakan bahwa seseorang seperti saya akan bertemu seseorang seperti Anda, yang terpisah oleh lautan, secara online. Sekarang, saya percaya, di tahun-tahun mendatang pertemuan ini akan berada di antara hologram. Kita mungkin akan dapat berjabat tangan, duduk di tempat yang tampak seperti dunia fisik, makan bersama, atau merasakan kehadiran satu sama lain.”
Mark Zuckerberg juga membuat komentar serupa dalam interaksinya dengan YouTuber dan pengulas teknologi Marques Brownlee pada tahun 2021. Dia berkata, “Saya berharap sepuluh tahun dari sekarang atau lima tahun dari sekarang, orang akan memiliki sepasang kacamata yang relatif ramping yang dapat mereka pakai sebagai alat komunikasi. Di mana Anda seolah hanya sedang mengangkat telepon, tapi di depan Anda seperti bertemu langsung. Anda seperti sedang bersosial dengan nyata.”
Prediksi: Banyak Platform Khusus Transaksi & Suara
Selain hal barusan, proses memberi dan menerima uang dari teman atau keluarga juga menjadi lebih mudah dengan platform media sosial (terutama yang menyediakan solusi transaksi praktis). Contohnya adalah Whatsapp Pay dan Venmo. Dalam hal ini, Anil Nair, futuris dan mantan CEO VMLY&R mengatakan, “Saya melihat beberapa tumpang tindih antara media sosial dan blockchain, NFT (non-fungible token), crypto serta penggunaan micro-banking dan micro-financial. Semua ini membuat transaksi uang lebih mudah.”
“Pada akhirnya, semuanya harus bergerak melalui platform pengiriman dari ujung dunia ke ujung yang lain. Mulai dari konektivitas media sosial, penyimpanan uang, hingga perdagangan. Saya berharap saluran media sosial, dari perspektif audiens, harus memenuhi kepraktisan dalam bidang transaksi ini,” tambah Nair.
Selain soal transaksi, Anil Nair juga memprediksi media sosial akan terjadi peningkatan pada bidang pesan berbasis suara. Dia berkata, “Ada perkembangan yang terjadi di seluruh ruang suara di media sosial. Penggunaan suara sebagai bentuk komunikasi sekarang lebih mudah diakses untuk kita.”
Meskipun begitu, tetap ada platform media sosial berbasis suara seperti Clubhouse yang gagal mempertahankan pelanggan mereka karena kurangnya regulasi. Namun berbeda dari Clubhouse, Discord justru berhasil mendapatkan lebih banyak server khusus non-game dari bidang pesan suara ini. Ada sekitar 6,7 juta server aktif di platform Discord, dan angka tersebut akan terus bertambah.
Suara memiliki peluang besar untuk berhasil sebagai properti media sosial. Itu karena suara menciptakan keintiman dan kenyamanan yang sangat besar untuk audiens. Kalau mau melihat yang terbaru, Twitter sempat bereksperimen pada bidang suara di platformnya dengan meluncurkan Twitter Spaces. Dan eksperimen ini benar-benar berhasil.
Siap-Siap Muncul Kebiasaan Baru
Mungkin saat ini, jika teman atau influencer memposting sebuah video blog, kita mungkin hanya dapat menontonnya. Tapi, kolaborasi dengan metaverse ini ke depannya akan lebih canggih. Kita mungkin bisa bersosialisasi di metaverse lewat postingan vlog, dan rasanya persis seperti bersosialisasi di dunia nyata. Kita bisa duduk bersama, melakukan percakapan tanpa akhir, dan merasakan kehadiran satu sama lain.
Dengan perkembangan yang sedang terjadi, semua interaksi yang kita lakukan di media sosial dinilai akan lebih holistik dari hari ini. Awalnya, platform cuma mengalami transformasi dari hanya teks ke gambar. Lalu berubah jadi multimedia. Setelah itu, media sosial berubah lagi menjadi tempat di mana bisnis begitu berkembang, dan sekarang sedang bergerak maju menuju dunia metaverse.
Jadi pada intinya, media sosial yang tadinya hanya berbicara tentang konektivitas, saat ini sudah beralih ke produk dan layanan yang menjadi lebih menyeluruh seiring perkembangannya.
Sulit untuk mengatakan platform mana yang akan berubah menjadi “hal baru”, tetapi terlepas dari itu, kita pasti dapat mengharapkan platform media sosial bisa melintasi batas-batas industri saat ini. Bahkan tidak menuntut kemungkinan, media sosial bisa menjadi lebih integral dengan kehidupan kita sehari-hari.